CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 03 September 2008

Tiada Judul Untuk Kebingungan


Aku terdiam dalam gusarnya hati. Aku termenung dalam rumitnya pikiran. Aku hanya terpaku saat raga ingin berlari kencang. Apa yang kurasakan?? Seakan hidup dalam ketidakberdayaan mayat yang membusuk seiring angin menghembuskan baunya ke seantero dunia.

Pandanganku hanya hitam, kotak dan tak bercahaya. Aku tersudut dalam sebuah ketidakberdayaan ini. Aku tak lagi bisa melihat bintang yang menyinari perjalanan mimpi setiap orang. Hanya kebutaan hati tiada bulan purnama.
;;
Teringat suatu ketika dimana delapan anak manusia tertawa konyol akan sebuah lelucon yang sebenarnya tidak cukup menghibur. Kebersamaan yang menghibur mereka. Tapi kini ku menangis. Bukan lelucon yang semakin tak menghibur. Tapi ketiadaan tertawa konyol itu. Ketiadaan hiburan itu.

Ku hanya bisa meratap. Bukan untuk menjadikan lelucon itu semakin menghibur. Ku hanya bisa berharap. Bukan mengharap untuk lelucon lain. Tapi meratap untuk tertawa konyol itu. Tapi mengharap untuk hiburan itu.
;;
Aku hanya tanya tiada jawab. Hanya persoalan tiada penyeselaian. Hanya hasrat tanpa perwujudan. Akulah masalah.

Apa yang bisa kuperbuat ketika perasaan bersalah menyeruak ke sekujur raga? Apa yang dapat kulakukan jika kesadaran akan kelalaian menggerogoti kewarasan jiwa?

Benda apa yang bisa kugapai saat tangan tak bertulang? Jalan apa yang bisa kutapaki ketika kaki hanya berkulit? Pandangan apa yang dapat kulihat jika terang tak kunjung datang? Suara apa yang bisa kudengar ketika berada dalam hampa?
;;
Ini sungguh kontras dengan aku yang bisa menjadi jawab untuk sebuah tanya. Menjadi penyelesaian dari persoalan. Dan mewujudkan sebuah hasrat.

Apapun kuperbuat ketika keberanian menyombongkanku. Apapun kulakukan ketika kecerdasan mem-pongah-kanku

Segala benda kugapai saat tulang tak jadi urusan. Semua jalan kutapaki ketipa kaki menjuntai kekar. Semuanya kulihat tatkala terang telah benderang. Dan apapun itu kudengar ketika ruang tiada hampa.
;;
Tapi ingatlah!! Roda tak hanya berputar. Tak hanya menggelinding. Namun juga berputar menggesekkan semua sisinya dengan dasar. Menggelindingkan porosnya untuk mengejar. Karena dengan gesekan itu roda meninggalkan kesan tak terlupakan. Karena dengan roda yang mengejar, tujuan tersampaikan.


Dee, 190808. 22.13 p.m.

1 komentar:

sii_Jal mengatakan...

this is shortstory or poem girl???


thts great!!! Gokil and kayaknya kok "GUE BANGETZZZ" ya??


pengalaman pribadi yaw???